Menulis merupakan salah satu kegiatan positif, sebagai salah satu media yang ampuh untuk mengatasi stress.  Dengan menulis, kita  bisa menumpahkan semua beban perasaan kita, sehingga pikiran yang sebelumnya terasa ‘keruh’ akan bisa menjadi jernih.

Kegiatan menulis juga bisa kita gunakan untuk menuangkan ide atau gagasan yang ada di pikiran kita, sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain. Dengan menulis, kita bisa berbagi pengetahuan dan hasil pembelajaran  kepada orang lain sehingga bermanfaat bagi sesama.

Walaupun kelihatannya mudah, namun ternyata pada prakteknya tidak semua orang mudah melakukan kegiatan ini. Banyak di antaranya yang justru mengalami kesulitan pada waktu pertama kali hendak menulis. Terkadang mereka mengalami kebuntuan ide/gagasan,  terkadang tengah enggan/malas, merasa tidak bisa, tidak mampu atau tidak kompeten, takut, dan lain-lain. Semua hambatan ini HARUS dihancurkan, jika kita ingin menjadi penulis handal, yang produktif dalam berkarya.

1.      Mulailah Secepat Mungkin

Jika suatu gagasan datang, segera tumpahkan apa yang ada di kepala. Jangan menunggu atau menunda-nunda! Duduklah di depan komputer/laptop dan mulailah menuliskan SEMUA yang terlintas di benak. Jangan hiraukan kesalahan tanda baca atau ejaan. Bila saat itu keadaan tidak memungkinkan (karena tengah berada dalam perjalanan, jauh dari komputer, dll), ambillah pena dan kertas. Tuliskan KATA KUNCI yang menjadi pokok-pokok pikiran gagasan. Kembangkan gagasan tersebut segera setelahnya!

Jika suatu saat kita ingin menulis, namun belum ada ide yang bergulir, jangan khawatir. Pejamkan kedua mata. Rekam ulang peristiwa yang kita alami seharian. Adakah yang memiliki kesan? Jangan terburu-buru menghakimi bahwa semua peristiwa datar-datar saja. Rekam ulang kembali memori kita sekali lagi. Sedang dimana siang tadi? Saat pulang, pemandangan apa yang menarik di perjalanan? Keramaian Bus kota? Anak-anak pengamen? Pepohonannya? Bidik satu titik yang paling menarik minat.

Mulailah menulis, menulis dan menulis. Tumpahkan semua yang ada di pikiran pada saat itu. Ungkapkan kekesalan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan, kebencian, penyesalan, keprihatinan, ataupun kekaguman. Bisa  juga rasa heran, bimbang, rasa senang, rasa sayang atau cinta. Dobrak batasan dogma yang ada. Jangan pedulikan kemana arah tulisan yang dibuat. Apakah bentuknya prosa atau puisi (?), Apakah cerita atau opini (?),  Jangan hiraukan sekarang. Teruslah menulis, sampai pena kering, sampai isi kepala terasa kosong…

2.      Iringi dengan Musik

Belahan otak kanan otak kita akan menjadi aktif bila terstimulasi oleh musik. Karenanya, pilihlah musik-musik favorit, agar mood menulis tetap terjaga. Hadirnya musik yang sesuai dengan suasana hati, akan membuat tulisan yang kita buat  makin hidup.

3.      Pilihlah Waktu yang Paling Sesuai

Bangun pagi sebenarnya  adalah waktu yang tepat untuk mulai menulis. Inspirasi kadang bisa menyapa melalui mimpi. Karenanya ada baiknya kita mengingat-ingat mimpi kita sebelumnya. Catat Kata Kuncinya, bila kita tak memliki waktu lebih untuk menulis. Nanti, setelah ada waktu luang, kembangkan gagasan tersebut.

Kesibukan kerja terkadang membuat sebagian orang tak memiliki waktu luang untuk menorehkan tulisan. Karena itu, sebagian orang merasa nyaman untuk menulis pada sore hari, atau malam. Suasana hening biasanya mampu menambah daya imajinasi.

Untuk menjadi penulis yang efektif, kita harus mulai berkomitmen terhadap waktu. Pilihlah waktu luang satu-dua jam tiap hari, untuk menulis. Pilihlah tempat yang membuat kita nyaman dalam menulis dengan mengurangi sebanyak mungkin gangguan dari luar.

4.      Perbanyak Aktivitas Fisik

Dengan sering-sering bergerak, syaraf motorik  kita akan menjadi lebih berkembang. Banyak pengalaman baru yang bisa direkam otak, dan hal ini sangat bagus untuk menambah inspirasi dan sensasi-imajinasi. Kita akan lebih handal bercerita tentang detail-detail mengendarai mobil bila pernah memegang kemudi, bukan?

Berolahraga yang teratur akan membuat fisik kita menjadi sehat dan kuat. Hal tersebut penting dilakukan, untuk mengimbangi aktivitas menulis yang tak jarang menguras energi.

Senam otak juga dianjurkan untuk relaksasi, guna mengendorkan syaraf-syaraf yang tegang.

5.      Uraikan menjadi Detail

Setelah kita menumpahkan ‘pena di meja’, kini saatnya ‘membersihkan noda-nodanya’. Salah ketik ejaan, salah tanda baca adalah ‘noda’ yang harus segera dihilangkan.

Berikutnya, tanyakan pada diri sendiri, akan dibawa ke arah mana penulisan tersebut? Opini atau cerita?! Puisi atau Prosa?

Kekuatan puisi adalah pada mantra kata-kata. Rima dan irama adalah kekuatan pendukungnya. Bila karya kita mau dibuat puisi, padatkan kata-katanya. Hilangkan kata-kata yang tak berguna.

Sedapat mungkin hilangkan imbuhan kata yang kurang penting, seperti :’yang’, ‘lalu’, kemudian’, ‘lantas’, ‘selanjutnya’, ‘dan’, ‘berikutnya’,’sedang,’akan’, ‘telah’, dan  kata lain yang memboroskan.

Baca ulang puisi kita untuk lebih meresapi sensasinya. Cari padanan kata dan hindarkan pemakaian kata yang berulang-ulang, kecuali memang dimaksudkan untuk menambah ketegasan makna atau peristiwa.

Bila karya kita berbentuk prosa, tambahkan setting/latar cerita. Perkuat gambaran yang timbul, yang akan menambah deskripsi dan narasi tulisan.

6.      Tumbuhkan Kebiasaan Membaca

Menulis dan membaca adalah kebiasaan yang saling tertaut. Banyak wawasan baru yang akan kita dapatkan dengan banyak-banyak membaca. Belajar dari karya orang lain sesungguhnya juga membuat kita belajar bagaimana proses kreatif mereka terbentuk.

Memperbanyak bahan bacaan akan membuat wawasan kita menjadi lebih luas. Banyak hal baru yang akan kita dapatkan dari sana, seperti ragam kehidupan dengan segala pernik dan maknanya,  penggunaan bahasa dan pemakaian kata-katanya, gaya penulisan dan lain sebagainya.

Membaca majalah, koran, novel, cerpen, lirik lagu, puisi, ensiklopedia, buku-buku nonfiksi, peribahasa, komik, atau apa saja juga bisa memicu datangnya inspirasi. Karenanya jangan segan-segan menuliskannya begitu inspirasi itu hadir tiba-tiba.

7.      Gunakan Kode Warna

Contoh pemakaian warna (berdasarkan ide/gagasan) :

Kuning  untuk tulisan yang berkenaan dengan keceriaan, biru untuk kedalaman makna dan penghayatan, merah untuk penyemangat dan pengingat, hijau untuk kesegaran dan kesejukan (atau yang berhubungan dengan alam), dll.

Contoh pemakaian warna (berdasarkan fungsi penulisan) :

Hitam untuk semua penulisan awal. Merah untuk kata atau kalimat yang masih dalam proses editing (pada saat itu belum ditemukan kata/kalimat yang lebih pas, yang lebih mewakili). Tulisan berwarna hijau mewakili kata/kalimat yang telah mengalami proses editing. Tulisan biru mewakili gagasan baru, atau gagasan tambahan yang disisipkan pada sebuah kalimat atau paragraf…dan lain-lain.

8.      Tantanglah diri sendiri

Musuh terbesar adalah diri sendiri. Jika anda telah berhasil menaklukkannya, sesungguhnya keberhasilan tinggal menunggu waktu saja! Egoisme diri adalah satu sifat diri yang apabila digunakan untuk tujuan yang tepat, akan sangat membantu keberhasilan dan kesuksesan.

Karenanya, tantanglah ego yang ada dalam diri kita. Beranikah menerima tantangan :    membuat satu tulisan satu hari?

Selamat mencoba..!!!

Baca juga Artikel berikut :

Hambatan Menulis dan cara Mengatasinya

Motivasi Menulis

Jenis-Jenis Tulisan & Strukturnya